Mungkin kita pernah merasakan ada hari dimana kita semacam kemerungsung sepanjang hari. Bad day. Mulai dari merasa malas melakukan apapun, gak bisa mikir, merasa kosong, ‘mati angin’, diliputi kesedihan, sedikit putus asa, mungkin sedang tidak punya duit, atau bahkan mungkin sedang patah hati.
Pertama, sadarilah bahwa kemerungsung itu menunjukkan bahwa kita masih manusia. Itu bagian dari suka duka kehidupan. Jika menolak dan tidak terima hari kemerungsung kita justru akan bikin sulit untuk move on. Nikmati jatuh bangun kehidupan kita, bergejolaknya perasaan kita. Sambil mengukur, seberapa terkapar kita? Sepanjang kita masih bisa mengucap istighfar, masih aman. Artinya masih ingat Tuhan.
Kedua, cari sebab mengapa kemerungsung itu terjadi? Sakit fisik, sakit batin, sakit kantong, ada peristiwa khusus, kekecewaan mendalam, atau sebab apapun yang mungkin katastropik (kiamat pribadi) seperti diperkosa atau pengkhianatan besar atau mungkin gagal pilkada. Mengetahui sebab akan memudahkan evaluasi diri.
Ketiga, bangkit dimulai dari yang bisa dan mudah dilakukan, sampai bisa menjadi modal untuk naik tangga yang lebih tinggi. Akhirnya menjadi normal bahkan bisa termotivasi bangkit dari kegagalan menuju ke bandul positif secara sempurna. Skema STIFIn sangat berperan dalam kebangkitan ini.
Keempat, proteksi otomotis supaya hari kemerungsungan tidak terulang kembali. Ternyata caranya amat sangat sederhana: shalat subuh jamaah di masjid. Mengubah bad day menjadi lucky day. Hari keberkahan. Ternyata tidak sulit. Karena hanya yang mukmin yang rutin shalat subuh jamaah di masjid. Yang muslim hanya bisa sekali-sekali saja ■ 300618
Farid Poniman
Penemu STIFIn
Telegram @stifinforyou
Loviñ the True You
Tes STIFIn WA 0811 9891 013
#ST5106
#M52
#P5106