Sahabat,

Apa yang pertama kita lakukan ketika bertemu dengan orang lain? Ya, kita menyapa sambil membersamai dengan senyuman. Tentu dengan sapaan yang ramah, hangat dan dari lubuk hati yang dalam. Sapaan yang mengandung harapan besar akan kebaikan dan keberkahan senantiasa meliputi orang yang kita sapa di hadapan kita. Itulah makna dakwah. Dakwah berasal dari kata da’a-yad’u-da’watan itu bermakna menyapa. Da’watan atau kemudian diserap dalam bahasa Indonesia menjadi dakwah.

Sahabat pecinta kebaikan,

Oleh karena itu, dakwah yang menyapa, menyeru dan memanggil manusia akan indah bila disampaikan dengan cara yang baik dan mulia. Sehingga, obrolan yang terjadi menimbulkan rasa aman, simpati, damai dan menyenangkan. Kemudian, tercipta suasana saling menghargai dan pertautan emosi hati yang membahagiakan. Selanjutnya, sang dai dengan nyaman menyampaikan pesan berupa ajakan untuk mentauhidkan Allah serta bersama hidup dalam kebenaran, kebaikan dan keindahan. Kita bisa menemukan bagaimana santunnya Nabi Musa berbicara kepada Firaun sesuai dengan pesan Allah dalam Alquran,

فَقُولَا لَهُ قَوْلًا لَيِّنًا لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَىٰ

“maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut”. QS. Thaha : 44

Sahabat yang baik,

Tentu, ajakan kepada kebaikan kepada orang lain dibarengi dengan kesungguhan dalam menjadi kebaikan itu ada pada diri seorang dai. Pepatah Arab mengatakan “Lisanul Hal Afsahu Min Lisanil Maqal” yang artinya Bahasa perbuatan lebih fasih daripada bahasa lisan. Namun, perlu diperhatikan bahwa ajakan kepada sesuatu yang baik membutuhkan proses bertahap untuk dilakukan orang lain. Jangan sampai sang dai memaksakan orang untuk melakukan sesuatu yang boleh jadi masih berat bahkan sulit untuk dilakukan. Kita harus telaten dan bersabar untuk menjalani tahapan perubahan mulai dari diberitahu lalu mulai mengerti, selanjutnya memahami sampai memulai untuk melaksanakan sesuai dengan kemampuan dan bertahap namun berkelanjutan.

Sahabat para dai,

Menjadi dai adalah kemuliaan manusia dalam pandangan Allah. Ia sejatinya adalah profesi terbaik. Seorang dai senantiasa memberikan harapan bukan ancaman kepada orang lain yang sedang dalam keburukan, keterpurukan dan kenistaan. Ataupun kepada mereka yang ingin menjadi lebih baik dan lebih kuat. Bijak dalam memberikan pendapat, dari yang pokok terlebih dahulu baru hal-hal yang cabang dan penuh kasih dalam memberikan pengasuhan dan pendampingan. Ia bak ayah terhadap anaknya, bak guru terhadap muridnya, bak sahabat dalam keseharian dan bak syaikh dalam keluhuran hati dan akhlak.

وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ

Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?”

Sahabat, jadilah dai sebelum anda menjadi yang lainnya.

Artikel Terkait

error: Content is protected !!
WhatsApp chat