“Akankah Qur’an Memilih Dirimu?”
Sahabat, ketika seseorang mau berdekat dekat dengan Al Qur’an, maka godaan dari luar sudah pasti paling berat.
Karena Al Qur’an adalah urusan pokok agama ini, yang bercabang ke 16 disiplin ilmu lainnya. Ke-16 disiplin ilmu tersebut dijadikan bahan studi oleh para ulama untuk mengokohkan Al Qur’an.
Dan ketika seseorang ingin hidupnya tidak takut dan tidak sedih, ia haruslah berdekat-dekat dengan Al Qur’an.  Memegang Kalamullah dalam setiap gerak hidupnya agar senantiasa tegak lurus menuju Robb-nya.

Sebuah majelis ilmu yang fokus pada Al Qur’an, maka orang-orang di dalamnya jarang berselisih, mereka adalah orang-orang yang tenang dan saling menghargai perbedaan. Karena Qur’an-lah yang langsung menjadi teman sehari-hari mereka.
Oleh karena itu, tolak ukur sebuah majelis ilmu adalah sejauh mana ia mendorong orang-orang di dalamnya dekat pada Al Qur’an.
Tapi karena saking banyaknya disiplin ilmu, orang-orang menjadi ‘Gagal Fokus’ dan ‘Gagal Paham’. Sehingga,  Al Qur’an menjadi ditinggalkan (mahjuro)
Berkatalah Rasul, “Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan al-Quran ini sebagai sesuatu yang diabaikan. (QS al-Furqan [25]: 30).

Sedangkan hidayah yang ajeg diperoleh dari sejauh mana kita fokus terhadap Al Qur’an. Senantiasa melakukan tadabur atas ayat-ayatnya. Menjadikan kita terus menjadi orang baik dan menderaskan kebaikan.
Ahlul Qur’an adalah keluarga Allah yang dispesialkan.
Al Qur’an itu lebih cepat hilangnya daripada unta yang diikat. Oleh karenanya harus selalu dijaga. Maka, kita melatih diri sampai terbentuk myelin tadabur alquran.
Salah satu cara mengokohkan hafalan alquran adalah dengan mengajar, mengajar Qur’an dalam hal menghafal.
Sahabat, salah satu hal yang disesali para penghuni syurga  adalah pada saat mereka di dunia, ada waktu-waktu mereka lepas dari dzikrullah, padahal mereka sudah menjadi penduduk surga. InsyaAllah, para penghafal Qur’an tidak mengalami penyesalan itu, karena mereka menggunakan waktu-waktu mereka secara optimal untuk selalu dzikrullah.

“Walaqod yassarnal qur’ana lidzikri fahal mim muddakir.”
“Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?”
Al Qur’an itu MEMILIH kepada siapa ia hadir dan menetap. Jadi, dalam menghafal Qur’an, urusan menjadi hafidz itu bonus. Yang terpenting adalah bagaimana kita mujahadah, konsisten dalam mentadaburi alquran dengan hafalan alquran dalam diri kita tentu menjadi lebih mudah.

Sabtu, 2 April 2016 | HAQQU bersama Ust. Hari Sanusi

#P0103

Artikel Terkait

error: Content is protected !!
WhatsApp chat