harisanusi.com – “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka (jawablah), sesungguhnya Aku adalah dekat. QS.Al Baqarah : 186. Demikianlah, Allah menegaskan kehadirannya bersama para abdiNya. Dekat. Sangat dekat. Lebih dekat dari urat lehernya sendiri. Bahkan berada diantara antara seorang manusia dengan hatinya. Sehingga, apapun hasrat dan keinginan tersembunyi dari setiap manusia pastilah Allah mengetahuinya. Tiada yang tersembunyi.
Demikian pula seorang abdillah. Ia merasakan kebersamaan selalu bersama Robbnya. Keadaan ini disebut muraqabah. Ia merasakan kehadiran Tuhan dimanapun ia berada. Dalam ramai dan sepi. Dalam diam dan berbicara. Sepanjang malam dan siang. Karena dekat maka ia tidak ingin berpaling dari Robbnya. Qolbunya ingin selalu menghadap. Maka, ia terlampau sering mengucapkan doa,
يَامُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ ثَبِّتْ قَلْبِيْ عَلٰى دِيْنِكَ
“Wahai Yang Membolak-balikkan Hati, teguhkanlah hatiku senantiasa di atas agama-Mu.”
Sebagaimana Rasulullah saw, teramat sering membaca doa ini dalam berbagai keadaan, tutur isteri tercinta, Aisyah r.a.
Tentu, keadaan muraqabah ini hadir karena upaya yang sungguh-sungguh. Kesungguhan untuk mengutamakan interaksi dengan Robbnya dalam setiap waktu. Terlebih, terlampau banyak keinginan terhadap hal lain setiap waktu. Begitu banyak urusan dengan ragam manusia setiap hari. Juga kepentingan yang memaksa untuk diutamakan juga. Sehingga seringkali orang susah fokus, bahkan gagal fokus dalam banyak hal setiap hari. Dan boleh jadi, hubungannya dengan Tuhan ada diurutan belakang, kalau tidak yang paling akhir. Pikiranlah yang memutuskan urutannya. Manusia senantiasa ada dalam keputusan untuk memilih. Dan itu dimulai dari pikirannya. Ibnul Qoyyim berkata: Bahwa asal dari kebaikan itu dari pikiran, dan asal dari keburukan itu berasal dari pikiran pula.
Jadi, makin dekat atau makin jauh seorang manusia dengan Robbnya adalah keputusan pribadi. Sedangkan, Allah selalu dekat, hadir dan merahmati. Keputusan pribadi untuk berpaling ke hal lain atau makin mendekat kepada Allah, Alqorib.
وَمَنْ اَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِيْ فَاِنَّ لَـهٗ مَعِيْشَةً ضَنْكًا وَّنَحْشُرُهٗ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ اَعْمٰى
“Dan barang siapa berpaling dari mengingat-Ku, maka sungguh, dia akan menjalani kehidupan yang sempit, dan Kami akan mengumpulkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta.” (QS. Ta-Ha 20: Ayat 124). Inilah konsekuensi yang pasti terjadi. Pilihan ada pada anda. Makin dekat atau berpaling. Wallahu ‘alam.
@harisanusi