Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah mengumpulkan kita di tempat ini. Kita berasal dari berbagai bangsa, negeri, berkumpul ditempat ini, tanpa ada ikatan rahim di antara kita. Tetapi yang menggerakkan kita untuk datang ke tempat ini karna kita punya akidah yang sama.
Saya teringat dengan masyarakat pertama yang dibina oleh Rasulullah SAW, yang terdiri Abu Bakar al-Shiddiq dari Bani Taim, Bilal ibn Rabah al-Habasyi, Suhaib ibn Sinan al-Rumy, yang berasal dari berbagai negeri tetapi disatukan oleh akidah.
Ikhwah dan Akhwat fillaah.
Islam tegak di atas jamaah, kalau untuk urusan ibadah fardi mungkin semua muslim bisa melakukannya. Tetapi sebagian pelaksanaan hukum-hukum Allah dia tidak akan bisa ditegakkan kecuali dengan adanya jamaah. Jika tidak, siapa yang akan melaksanakan hukum hudud? siapa yang memberi komanda untuk berjih4d? Oleh sebab itu kita memerlukan sebuah hukumah, dan hukumah ini tidak akan muncul kecuali dari jamaah. Karenanya berjamaah adalah sebuah keniscyaan.
Sebuah jamaah tidak akan muncul, kecuali dari peribadi-peribadi yang shalih, yang hati-hatinya telah terpaut dalam cinta kasih karena Allah, bertemu untuk taat kepada Allah, bersatu untuk berdakwah kepada Allah, saling berjanji untuk menolong agama Allah.
Ikhwah dan Akhwat sekalian.
Satu hal yang perlu saya tegaskan di sini adalah bahwa Islam bukan hak untuk satu orang, bukan juga hak untuk satu jamaah. Ia adalah milik semua orang. Karenanya kewajiban berdakwah juga adalah kewajiban semua orang.
Hanya yang perlu diingat bahwa orang-orang yang mengemban risalah ini perlu kepada rijal yang saling diikat oleh ikatan ukhuwwah, saling mencintai, ikatan yang diikat hanya oleh Allah SWT.
Saya duduk di kalangan ikhwah sekarang, pertama sekali, apa perasaanku, apakah aku terasa asing? takut? tidak. Saya merasa tenang, saya merasa seperti berada ditengah orang yang saya kenal 1000 tahun yang lalu.
Yang kedua dakwah ini perlu kepada rijal yang siap berkorban. Siap melakukan kerja-kerja mentarbiyah untuk melahirkan insan yang benar akidahnya, sahih ibadahnya. Sebab dari sinilah akan keluar sebuah hukumah yang baik.
Bagaimana jalan untuk sampai ke hukumah? Hukumah berasal dari ummah. Ummah ini perlu dikeluarkan dari kegelapan kepada cahaya. Dengan cara hikmah, mauizah dan mujadalah billati hiya ahsan. Karenanya kita bergerak dengan akhlak. Ali ibn Abi Thalib berkata: “Siapa yang lembut kata-katanya maka wajib mencintainya”. Dengan manhaj yang benar, rijal yang benar, yang mampu berdiskusi dengan menggunakan hujjah-hujjah yang kuat, maka insya Allah ummat ini akan mampu keluar dari kegelapan menuju cahaya.
Lihatlah sejarah Rasulullah SAW, kondisi masyarakatnya yang luar biasa jahilnya. Bagaimana Rasulullah bergerak? Beliau bergerak dari pembinaan manusia, sebab pelaku perubahan itu adalah manusia.
Tengok juga kondisi masayarakat Mesir, yang saat itu dijajah oleh Inggeris, riba dipraktekkan secara resmi, ditambah lagi serangan ghazwul fikri dan kristenisasi. Sementara jika ada muslim yang multazim dianggap sampah. Sungguh luar biasa. Dalam kondisi seperti ini kita kembali bertanya: Bagaimana Imam al-Banna bergerak? Tidak lain adalah dengan pembinaan rijal. Membina dengan memberikan kefahaman Islam yang shamil dan mutakamil. Alangkah miripnya hari ini dengan hari kemaren.
Pembinaan dengan menitik beratkan praktek ubudiyyah kepada Allah SWT. Sebab ada istilah “kun ubbaadan qobla quwwaadan” jadilah kami `abid-`abid sebelum menjadi qai`d.
Lihatlah apa yang Allah sifatkan mengenai sahabat-sahabat Rasululullah SAW di dalam surah al-Fath:
مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ
Artinya:
Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersamanya keras kepada orang kafir kasih sayang sesama mereka, engkau lihat mereka ruku` dan sujud, mencari kurnia dari Allah SWT, ada tanda pada wajah mereka dari bekas sujud. (al-Fath : 29)
Imam al-Banna ketika berdiskusi tentang perbaikan umat, ia mengatakan kita mesti beranjak dari satu titik yang mesti kita sepakati, yaitu:
الصلاة ثم الإصلاح
Shalat dulu kemudian Ishlah
Imam al-Banna sendiri mengingatkan kita dalam wasiatnya: “Segera lakukan shalat ketika engkau mendengar azan, walau bagaimanapun kesibukanmu”, Sunnah rawatib itu seolah-olah menjadi wajib bagi orang yang berjalan diatas jalan dakwah ini. Sebab itulah kenapa muncul istilah “katibah”. Katibah yang kegiatannya sarat dengan muatan-muatan ruhi dan maknawi, dan inilah yang disebut dengan “ubbaadan”.
Sebab itu juga kenapa Imam al-Banna menjadikan kewajiban ikhwah untuk memiliki wirid harian, yang tidak kurang sari satu juz. istighfar 100 kali, sebab itu juga kenapa muncul istilah al-Ma`thurat wirid pagi dan petang, qiyamullail dan sebagainya. Kesemuanya ini menjadi titik berat dalam menshiyaghah pribadi muslim.
Jika kita kembali kepada sejarah. Yang dikhawatirkan oleh Abu Bakar saat beliau memberangkat pasukan perangnya adalah jauh mereka dari ubudiyah kepada Allah, sebab itu beliau berpesan: “Sesungguhnya kamu tidak akan menang atas musuh-musuh kamu kecuali kedekatan kamu kepada Allah SWT.
Secara logik, orang yang punya persenjataan cukup pasti akan menang. Akan tetapi bisa saja Allah berkehendak lain. Karena kuatnya hubungan kita dengan Allah, maka Allah akan berikan kemenangan, sebab kemenangan itu datangnya dari Allah. Berapa banyak golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang besar.
Ini juga yang dipesankan oleh Umar ibn Khattab: “Sesuatu yang paling aku takutkan kepada kalian adalah dosa-dosa kalian”.
Karena itu juga Allah mewajibkan qiyamullail kepada Rasulullah SAW sebelum memberikan tugas-tugas dakwah kepada beliau. Bangunlah, lakukan qiyamullail… sesungguhnya Aku akan memberikan kepadamu qaulan thaqilan.
Di dalam surah al-Isra` juga dijelaskan bahwa solusi yang Allah berikan kepada Nabi Muhammad dalam menghadapi tekanan dari masyarakat Quraisy adalah dengan shalat.
أَقِمِ الصَّلَاةَ لِدُلُوكِ الشَّمْسِ إِلَى غَسَقِ اللَّيْلِ وَقُرْآنَ الْفَجْرِ إِنَّ قُرْآنَ الْفَجْرِ كَانَ مَشْهُودًا (78) وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَكَ عَسَى أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا
Artinya:
Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan [dirikanlah pula shalat] subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat). Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadat tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji. (al-Isra:78-79)
Jika kesiapan maknawi cukup bagus yang terjadi adalah seperti yang dikisahkan dalam sejarah mengenai seorang sahabat.
Diriwayatkan oleh Abdullah ibn Syaddad ibn al-Had bahwa seorang A`raby datang kepada Rasulullah SAW, ia berim
an dan kemudian berbaiah kepada Rasulullah SAW, seraya berkata: “Saya mau ikut hijrah bersamamu Ya Rasulullah”. Kemudian ia ikut berperang bersama Rasulullah SAW dan menang. Saat ghanimah dibagikan kepadanya ia berkata: “Apa ini?”, Rasulullah SAW menjawab: “Ini adalah bagianmu dari ghanimah”. Ia berkata: “Bukan untuk ini aku berbai`ah kepadamu, hanya saja aku ingin agar aku dipanah disini” sembari menunjuk lehernya, kemudian bangkit dan maju ke medan perang, sehingga ia terpanah persis pada tempat yang ditunjuknya, dan mati syahid.
Sungguh orang yang jujur kepada Allah SWT, maka Allah SWT akan mengabulkan permintaannya. Orang-orang seperti inilah yang kita inginkan, untuk tegaknya agama Allah di atas permukaan bumi ini, sekalipun perlu waktu yang cukup panjang. Sebab kemenangan tidak diukur dengan umur kita.
Saya selalu berpesan kepada para mukhaththith kita, berwuduklah, sebelum membuat perancangan, sebab boleh jadi dengan demikian Allah akan memberikan taufiq-Nya kepada kita dalam membuat rancangan-rancangan ini.
Berapa banyak diantara kita orang-orang yang punya kepakaran di yang kapasitas mereka diatas rata-rata, banyak membuat kebijakan, perancangan dan proyek-proyek, tetapi karena tangan-tangan mereka tidak berwuduk, maka berakhir dengan kehancuran.
Satu hal yang perlu saya tegaskan disini adalah tentang Tabiah Ma`rakah ini, peperangan antara hak dan kebathilan. Perang yang bersifat continiu, sebab itu Allah ungkap dalam bentuk fiil mudhori` (present). Allah berfirman:
وَلَا يَزَالُونَ يُقَاتِلُونَكُمْ حَتَّى يَرُدُّوكُمْ عَنْ دِينِكُمْ إِنِ اسْتَطَاعُوا
Artinya:
Mereka akan terus menerus memerangi kamu hingga kamu murtad dari agama kamu jika mereka mampu.(al-Baqarah:217)
Oleh sebab itu jangan pernah jemu, jangan putus asa, siapkan dirimu untuk berjihad. Orang beriman yakin akan pertolongan Allah, sekalipun turun pada umat atau jamaah ini ujian Allah. Kita semua mesti meyakini bahwa semua itu adalah baik. Lihatlah sikap orang beriman yang diceritakan Allah dalam al-Qur`an.
وَقِيلَ لِلَّذِينَ اتَّقَوْا مَاذَا أَنْزَلَ رَبُّكُمْ قَالُوا خَيْرًا لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا فِي هَذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ وَلَدَارُ الْآخِرَةِ خَيْرٌ وَلَنِعْمَ دَارُ الْمُتَّقِينَ
Artinya:
Dan Ketika orang-orang bertaqwa ditanya: “apakah yang telah diturunkan oleh Tuhan-mu?” mereka menjawab: “Sesuatu yang baik”, bagi orang-orang yang berbuat Ihsan di dunia ada kebaikan, dan sungguh rumah akhirat lebih baik dan sebaik-baik rumah orang-orang yang bertaqwa.(al-Nahl:30)
Modal berikutnya untuk menjadi insan rabbani adalah ukhuwwah dan mahabbah. Ukhuwwah bukan fadhilah (keutamaan), akan tetapi ia adalah sebuah faridhah (kewajiban). Jika seseorang sudah dicintai Allah, disebakan dia mencintai orang lain karena Allah, maka Allah akan membuat dia mudah dicintai oleh orang lain dan mudah diterima oleh orang lain. Rasulullah SAW bersabda:
إِذَا أَحَبَّ اللَّهُ الْعَبْدَ نَادَى جِبْرِيلَ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ فُلَانًا فَأَحْبِبْهُ فَيُحِبُّهُ جِبْرِيلُ فَيُنَادِي جِبْرِيلُ فِي أَهْلِ السَّمَاءِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ فُلَانًا فَأَحِبُّوهُ فَيُحِبُّهُ أَهْلُ السَّمَاءِ ثُمَّ يُوضَعُ لَهُ الْقَبُولُ فِي الْأَرْضِ
Artinya:
Apabila Allah telah mencintai seorang hamba, Allah memanggil Jibril, sesungguhnya Allah mencintai si fulan, maka cintailah dia, diapun dicintai oleh Jibril. Jibril memanggil penduduk langit dan mengatakan sesungguhnya Allah mencintai si fulan, maka cintailah dia, maka diapun dicintai oleh penduduk langit, kemudian ditetapkan untuknya peneriman di bumi. (HR. Bukhari)
Karena itu ukhuwwah dan mahabbah ini menjadi modal dalam perjuangan kita, bekerjalah dengan mahabbah, berdakwahlah dengan mahabbah bahkan berperang dengan mahabbah. Karena itu ukhuwwah ini menjadi salah satu rukun bai`ah kita. Menjadi modal kita dalam merubah masyarakat.
Saya ingin menutup pembicaraan ini dengan bebepa langkah-langkah yang dilakukan Imam al-Banna dalam memulai proyek kebangkitan umat.